The Subtle Art Of Not Giving A Fuck, Hal. 1 - 56 ;



Mark Manson menciptakan Bukowski, dan Bukowski tidak mendedikasikan tulisannya untuk siapapun.

                                                                             ***

Perbaikan diri dan kesuksesan kadang terjadi bersama. Namun itu tidak lantas berarti keduanya adalah hal yang sama.

Obsesi manusia umumnya ingin mewujudkan harapan – harapan positif yang cenderung mustahil diwujudkan. Menjadi lebih bahagia, lebih sehat, lebih baik dan lebih … – lainnya. Hal tersebut sebenarnya memberikan penekanan pada kekurangan manusia.

Bagaimanapun jika manusia sedang bahagia maka ia tidak akan melakukan hal seperti berdiri didepan cermin dan mengatakan bahwa ia sedang bahagia. Manusia bahagia, cukup dengan ia sedang berbahagia.

Kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memedulikan lebih banyak hal; tapi tentang memedulikan hal yang sederhana saja, hanya peduli tentang apa yang benar dan mendesak dan penting.

***

Cemas, amarah, dan khawatir. Hal tersebut rentan sekali terjadi pada sebahagian manusia.

Manusia dapat merasakan salah satu dari tiga hal tersebut terjadi kepada dirinya. Kemudian memiliki pertanyaan mengapa itu bisa terjadi? Kemudian menyadari kenapa hal tersebut bisa terjadi. Kemudian membenci diri sendiri karena hal tersebut terjadi. Kemudian lagi kembali mengulangi hal tersebut.

Selamat datang di Lingkaran Setan. 

Salah satu dari kita mungkin sedang mengalaminya.

***

Manusia diberikan kemampuan untuk berpikir dan meyakinkan diri sebelum melakukan sesuatu, dan kita sebagai manusia diberi keistimewaan untuk dapat berpikir tentang pikiran kita.

Letak masalahnya adalah Masyarakat saat ini dalam lingkup keajaiban budaya konsumen dan media sosial yang giat dijadikan ajang pamer, telah melahirkan generasi manusia yang memiliki pengalaman negatif seperti rasa cemas, takut, bersalah dan lainnya sangat tidak baik.

Orang – orang diluar sana mungkin membereskan feed Instagram nya dengan hal – hal yang baik sementara kita sedang terjebak di rumah membereskan pekerjaan yang tidak pernah selesai. Kemudian mau tidak mau kita mulai berpikir bahwa kehidupan ini sepuluh kali lipat lebih menyebalkan dari semula yang kita kira.

Lingkaran Setan seolah mewabah sehingga membuat banyak dari antara kita terlalau tertekan, terlalu gusar, dan terlalu membenci diri sendiri.

Di jaman dahulu ketika seseorang merasa dirinya adalah seorang pecundang maka ia hanya akan memaki dirinya sendiri kemudian berkata “Bukankah ini yang dinamakan hidup?” Kemudian kembali beraktifitas. Sementara sekarang jika kita merasa seperti itu, hal yang pertama kali datang adalah lebih dari 350 gambar orang lain di Instagram sedang memperlihatkan kebahagiaannya.

Kita sering kecewa atas kekecewaan kita sendiri. Kita jadi marah gara – gara amarah yang menyulut. Kita jadi cemas karena perasaan cemas itu sendiri. Apa yang salah dengan diri kita?

Krisis kita bukan lagi soal materi, namun soal eksistensi, ranah spiritual.

Bersikap masa bodoh adalah kuncinya.

***

Dengan tidak ambil pusing ketika kita merasa buruk, berarti kita telah memutus Lingkaran Setan. Berhenti membenci diri sendiri saat merasa begitu kecewa.

Hasrat untuk mengejar semakin banyak pengalaman positif sesungguhnya adalah sebuah pengalaman negatif. Sebaliknya, secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru merupakan sebuah pengalaman positif.

***

“Hukum Kebalikan”- Alan Watts. 

Intinya semakin kuat kita berusaha merasa baik setiap saat, kita akan merasa semakin tidak puas, karena mengejar sesuatu hanya akan meneguhkan fakta bahwa pertama – tama kita sedang tidak baik. Semakin mati – matian berusaha ingin menjadi kaya, kita akan merasa semakin miskin dan tidak berharga, terlepas dari seberapa besar penghasilan kita sesungguhnya. Semakin mati – matian ingin bahagia dan dicintai, maka kita akan menjadi kesepian karena merasa ketakutan, terlepas dari banyaknya orang yang berada disekitar kita.

Seperti kata Albert Camus “Anda tidak akan pernah bahagia jika anda terus mencari apa yang terkandung di dalam kebahagiaan. Anda tidak akan pernah hidup jika terus menerus mencari arti kehidupan”.

Atau dengan kata lain, Jangan Berusaha!

***

Masalah merupakan konstanta dalam kehidupan. Pemecahan masalah adalah membuat masalah baru. Masalah tidak akan pernah berhenti, mereka hanya datang silih berganti dan atau bertambah.

Keberhasilan memecahkan masalah adalah sebuah kebahagiaan, maka dari itu masalah adalah hal yang harus diselesaikan bukan untuk dihindari. Jika anda berusaha menghindar maka diri anda hanya akan membuat anda sengsara. Untuk menjadi bahagia kita memerlukan hal untuk dipecahkan. Demikian kebahagiaan merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan. Bukan hal yang secara diam - diam diberikan kepada kita.
***
Kebahagiaan merupakan proses kerja yang konstan, karena memecahkan masalah juga proses kerja yang konstan. Solusi untuk masalah hari ini akan meletakkan pondasi untuk masalah esok hari, seterusnya.

Kebahagiaan yang sejati akan terwujud hanya apabila anda menemukan masalah, anda menikmatinya, dan menikmati prosesnya. Konsepnya adalah selesaikan masalah lalu berbahagia. Sayangnya, hal tersebut tidak sesederhana, biasanya karena dua hal;

1. Penyangkalan; beberapa orang mengingkari dirinya sedang tidak memiliki masalah. Seringkali penyangkalan tersebut mengalihkan diri mereka dari kenyataan hidup. Hal tersebut membuat kenyamanan jangka pendek, padahal justru menuntun pada hidup yang rapuh, neurotisme, dan pengekangan emosional.

2. Mentalitas Korban; beberapa orang meyakini bahwa mereka tidak dapat berbuat apa - apa untuk menyelesaikan masalah, bahkan ketika fakta bahwa mereka mampu. Korban biasanya hanya menyalah kan orang lain atas masalah tersebut atau menyalahkan situasi di luar diri mereka. Lagi - lagi hal tersebut membawa kenyamanan jangka pendek, padahal justru menuntun pada hidup yang penuh amarah, ketidakberdayaan, dan keputusasaan.

Kita semua memiliki metode masing - masing untuk mematikan rasa sakit dari masalah, tidak apa - apa asalkan masih dalam dosis yang wajar. Namun, penyangkalan mengakibatkan kecanduan. Semakin kecanduan semakin akan kita cari penyangkalan.
***
"Tidak ada dari kita yang istimewa".

Pada kenyataannya, kemalangan dan kegagalan sungguh berguna dan bahkan diperlukan untuk membangun seseorang menjadi orang dewasa yang tangguh dan sukses. Karena sekedar merasa bahagia atas diri sendiri tidak akan berarti apa - apa.

Mengajarkan orang untuk meyakini bahwa diri mereka istimewa dan merasa baik tentang diri sendiri dengan alasan apapun tidak akan menjadikan suatu populasi penuh dengan orang macam Bill Gates dan Martin Luther King, justru populasi tersebut akan menciptakan orang - orang yang hanya baik atas pandangan orang lain, tidak untuk dirinya sendiri. Karena hal - hal yang sebaliknya justru dapat terjadi apabila kita meyakini diri sendiri adalah baik.

Terlalu banyak kita memberikan penghargaan diri maka hal tersebut dapat menimbulkan kepercayaan diri di level delusional. Kepercayaan diri di level ini sementara waktu dapat menarik orang - orang sekitar karena hal tersebut dapat mempengaruhi sekitar dan akan merasa percaya diri pula.

Namun persoalan dengan model kepercayaan diri semacam ini membuat diri mereka perlu terus merasa bahagia atas diri sendiri, walau harus membuat orang sekitar terganggu. Karena yang kita pikirkan hanyalah diri kita sendiri. Padahal semua itu membutuhkan energi dan usaha yang besar.

Meyakini diri sebagai makhluk yang spesial merupakan sebuah strategi yang gagal. Ini hanya membuat anda "tinggi" atau nge-fly, tapi itu bukan kebahagiaan.

Seseorang yang benar - benar memiliki penghargaan diri yang tinggi mampu melihat bagian negatif dari pribadinya secara blak - blakan.
***


Posting Komentar

0 Komentar